Pages

Subscribe:

Sabtu, 07 Januari 2012

HAKIKAT ANAK DIDIK



A.    HAKIKAT ANAK DIDIK SEBAGAI MANUSIA
1.      Pandangan Psikoanalitik
Brend mengemukakan bahwa struktur kepribadian individu seseorang itu terdiri dari tiga komponen yakni: id, ego dan super-ego.
Id atau Das Es adalah aspek biologis kepribadian yang orisinil. Id meliputi berbagai insting manusia yang mendasari perkembangan individu. Dua insting yang penting adalah insting seksual dan agresi.
Ego atau das ich merupakan aspek psikologis ke pribadian yang timbul dari kebutuhan organisme untuk dapat berhubungan dengan dunia luar secara realistis.
Super-ego atau das uber ich adalah apek sosiologis kepribadian yang merupakan wakil nilai-nilai serta cita-cita masyarakat menurut tafsiran orang tua kepada anak-anaknya, yang diajarkan dengan berbagai perintah dan larangan. Super-ego lebih merupakan hal yang bersifat ideal dari pada hal yang riil, lebih merupakan kesempurnaan dari pada kesenangan.
Dalam dinamika dan realitas kehidupan pribadi, id lebih cendrung pada nafsu, sedangkan super-ego lebih cendrung kepada hal-hal yang moralis. Kemudian agar tercipta keseimbangan hidup, maka id dan super ego harus dijembatani hal yang bersifat realistik, yakni ego/ das ich.
2.      Pandangan Humanistik
Rogers, tokoh dari pandangan humanistik, berpendapat bahwa manusia memiliki dorongan untuk mengarahkan dirinya ke tujuan yang positif. Manusia itu rasional dan dapat menentukan nasibnya sendiri. Manusia adalah individu dan menjadi anggota masyarakat yang dapat bertingkah laku secara memuaskan.
Kemudian Adler yang juga pendukung pandangan humanistik, berpendapat bahwa manusia tidak semata-mata digerakkan oleh dorongan untuk memuaskan kebutuhan dirinya sendiri, tetapi manusia digerakkan dalam hidupnya sebagian oleh rasa tanggung jawab sosial dan sebagian lagi oleh kebutuhan untuk mencapai sesuatu.
3.      Pandangan Martin Buber
Manusia merupakan suatu data keberadaan yang berpotensi, namun diharapkan pada kesemestaan alam, sehingga, manusia itu terbatas. Keterbatasan ini bukanlah keterbatasan yang esensial, tetapi keterbatsan faktual.
4.      Pandangan behavioristik
Pandangan dari kaum behavioristik pada dasarnya menganggap bahwa manusia sepenuhnya adalah makhluk reaktif yang tingkah lakunya dikontrol oleh faktor-faktor yang datang dari luar.
Hakikat anak didik adalah manusia dengan segala dimensinya seperti diuraikan melalui berbagai pandangan tentang manusia seperti di atas. Manusia adalah sentral dalam setiap aktivitas. Oleh karena dalam kegiatan belajar, manusia adalah subjek belajar.
Dari ke empat pandangan manusia tersebut ada beberapa pengertian pokok yang sangat relevan untuk memahami hakikat anak didik sebagai subjek belajar. Pengertian-pengertian pokok itu adalah sebagai berikut:
a.       Manusia pada dasarnya memiliki tenaga dalam yang dapat menggerakkan hidupnya.
b.      Dalam diri manusia ada fungsi yang bersifat rasional yang bertanggung jawab atas tingkah laku intelektual dan sosial individu.
b.      Manusia mampu mengarahkan dirinya ke tujuan yang positif, mampu mengatur dan mengontrol dirinya dan mampu menentukan nasibnya sendiri.
c.       Manusia pada hakikatnya dalam proses “menjadi”, akan berkembang terus.
d.      Dalam dinamika kehidupan individu selalu melibatkan dirinya dalam usaha untuk mewujudkan dirinya sendiri, membantu orang lain dan membuat dunia lebih baik.
e.       Manusia merupakan suatu keberadaan berpotensi yang perwujudannya merupakan ketakterdugaan. Tetapi potensi itu bersifat terbatas.
f.       Manusia adalah makhluk tuhan, yang sekaligus mengandung kemungkinan “baik” dan “buruk”.
g.      Lingkungan adalah penentu tingkah laku manusia dan tingkah laku itu merupakan kemampuan yang dipelajari.
B.     ANAK DIDIK SEBAGAI SUBJEK BELAJAR
Siswa atau anak didik adalah salah satu komponen manusiawi yang menempati posisi sentral dalam proses belajar-mengajar. Didalam proses belajar-mengajar, siswa sebagai pihak yang ingin meraih cita-cita, memiliki tujuan dan kemudian ingin mencapainya secara optimal. Siswa atau anak didik itu akan menjadi faktor “penentu” sehingga menuntut dan dapat mempengaruhi segala sesuatu yang diperlukan untuk mencapai tujuan belajarnya.
Pandangan yang menganggap siswa atau anak didik itu sebagai objek, sebenarnya pendapat usang yang terpengaruh oleh konsep tabulasi bahwa anak didik diibaratkan sebagai kertas putih yang dapat ditulisi sekehendak hati oleh para guru/pengajarnya. Dalam konsep ini berarti siswa hanya positif seolah-olah “barang”, terserah mau diapakan, mau dibawa ke mana, terserah kepada yang akan membawanya/guru. Sebaliknya guru akan sangat dominan, ibarat raja di dalam kelas.
C.    KEBUTUHAN SISWA
1.      Kebutuhan jasmaniah
Hal ini berkaitan dengan tuntutan siswa yang bersifat jasmaniah, entah yang menyangkut kesehatan jasmani yang dalam hal ini olahraga menjadi materi utama. Disamping itu kebutuhan-kebutuhan lain seperti makan, minum, tidur, pakaian dan sebagainya, perlu mendapat perhatian.
2.      Kebutuhan sosial
Dalam hal ini sekolah harus dipandang sebagai lembaga tempat para siswa belajar, bergaul dan berpartisipasi dengan lingkungan, seperti misalnya bergaul sesama teman yang berbeda jenis kelamin, suku bangsa, agama, status sosial dan kecakapan.
3.      Kebutuhan intelektual
Ada beberapa hal developmental tasked yang harus dipenuhi oleh setiap individu manusia subjek belajar.
a.       Memahami dan menerima baik keadaan jasmani
b.      Memperoleh hubungan yang memuaskan dengan teman-teman sebayanya.
c.       Mencapai hubungan yang lebih “matang” dengan orang dewasa.
d.      Mencapai kematangan emosional.
e.       Menuju kepada keadaan berdiri sendiri dalam lapangan finansial.
f.       Mencapai kematangan intelektual.
g.      Membentuk pandangan hidup.
h.      Mempersiapkan diri untuk mendirikan rumah tangga sendiri.

D.    PENGEMBANGAN INDIVIDU DAN KARAKTERISTIK SISWA
Sudah populer di Indonesia bahwa tujuan pendidikan nasional pada khususnya dan pembangunan pada umumnya adalah ingin menciptakan “manusia seutuhnya”. Manusia seutuhnya adalah persona atau individu-individu yang mampu menjangkau segenap hubungan dengan tuhan, dengan lingkungan/alam sekeliling, dengan manusia lain dalam suatu kehidupan sosial yang konstruktif dan dengan dirinya sendiri. Persona atau individu yang demikian pada dirinya terdapat suatu kepribadian terpaku baik unsur akal pikiran, perasaan, moral dan keterampilan ( cipta, rasa, dan karsa), jasmani maupun rohani, yang berkembang secara penuh.
Karekteristik siswa adalah keseluruhan kelakuan dan kemampuan yang ada pada siswa sebagai hasil dari pembawaan dan lingkungan sosialnya sehingga menentukan pola aktivitas dalam meraih cita-citanya.
Mengenai pembicaraan karakteristik siswa ini ada tiga hal yang perlu diperhatikan yaitu:
a.       Karakteristik atau keadaan yang berkenan dengan kemampuan awal atau prerequisite skills, seperti misalnya kemampuan intelektual, kemampuan berpikir, mengucapkan hal-hal yang berkaitan dengan aspek psikomotor.
b.      Karakteristik yang berhubungan dengan latar-belakang dan status sosial.
c.       Karakteristik yang berkenaan dengan perbedaan-perbedaan kepribadian seperti sikap, perasaan, minat dan lain-lain.
Adapun karakteristik siswa yang dapat mempengaruhi kegiatan belajar siswa:
1)      Latar-belakang pengetahuan dan taraf pengetahuan.
2)      Gaya belajar.
3)      Usia kronologi.
4)      Tingkat kematangan.
5)      Spektrum dan ruang-lingkup minat.
6)      Lingkungan sosial ekonomi.
7)      Hamatan-hambatan lingkungan dan kebudayaan.
8)      Intelegensia.
9)      Keselarasan dan attitude.
10)  Prestasi belajar.
11)  Motivasi dan lain-lain.
Disamping data atau keterangan-keterangan diatas, guru dalam perannya sebagai pendidik, pembimbing dan pengganti orang tua disekolah, perlu mengetahui data-data pribadi dari anak didiknya. Data-data pribadi itu misalnya saja:
1.      Keterangan pribadi, seperti nama, tanggal dan tempat lahir, alamat, jenis kelamin, nama orang tua/wali, kebangsaan, agama.
2.      Keadaan rumah seperti: pekerjaan orang tua, jumlah adik, pendidikan orang tua, agama orang tua, suasana rumah, status rumah ( menyewa, indikos, rumah sendiri).
3.      Kesehatan seperti penyakit-penyakit tertentu, cacat badan, kebiasaan hidup.
4.      Sifat-sifat pribadi.
Cara mendapatkan data atau keterangan mengenai keadaan dan karakteristik siswa antara lain sebagai berikut:
1.      Menggunakan berbagai jenis tes. Sebagai contoh misalnya tes penyelidikan penguasaan bahan pelajaran, bakat anak, tes penyelidikan watak anak.
2.      Melakukan observasi. Mengadakan pengamatan terhadap perilaku anak didik di dalam kelas, merupakan suatu langkah yang sangat baik untuk memperoleh data tentang pribadi dan tingkah laku setiap individu anak didik.
3.      Mengunjungi rumah. Kunjungan rumah dari guru ke orang tua murid/siswa, dapat mengungkap keterangan bagaimana keadaan latar belakang keluarga, mungkin juga soal keadaan sosial ekonomi siswa, bagaimana keadaan lingkungannya.
4.      Menggunakan angket. Untuk mengetahui data pribadi dan latar-belakang serta bakat dan minat dapat juga dilakukan dengan cara pengisian angket.
Peserta didik adalah makhluk yang berada dalam proses perkembangan dan pertumbuhan menurut fitrahnya masing-masing, mereka memerlukan bimbingan dan pengarahan yang konsisten menuju kearah titik optimal kemampuan fitrahnya.


SUMBER
Sardiman.2007.Interaksi dan motivasi belajar mengajar. Jakarta:Raja Grafindo Persada


PENDEKATAN CARA BELAJAR SISWA AKTIF SUMBER BELAJAR


 
A.    PENGERTIAN PENDEKATAN CARA BELAJAR SISWA AKTIF
Pendekatan CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) menuntut keterlibatan mental siswa terhadap bahan yang dipelajari. CBSA adalah pendekatan pengajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif terlibat secar fisik, mental, intelektual, dan emosional dengan harapan siswa memperoleh pengalaman belajar secara maksimal, baik dalam ranah kognitif, afektif, maupun psikomotor. Pendekatan CBSA menuntut keterlibatan mental vang tinggi sehingga terjadi proses-proses mental yang berhubungan dengan aspek-aspek kognitif, afektif dan psikomolorik. Melalui proses kognitif pembelajar akan memiliki penguasaan konsep dan prinsip.
B.     DASAR-DASAR PEMIKIRAN PENDEKATAN CBSA
Usaha penerapan dan peningkatan CBSA dalam kegiatan Belajar Mengajar (KBM) merupakan usaha “proses pembangkitan kembali” atau proses pemantapan konsep CBSA yang telah ada. Untuk itu perlu dikaji alasan-alasan kebangkitan kembali dan usaha peningkatan CBSA dasar dan alasan usaha peningkatan CBSA secara rasional adalah sebagai berikut:
1)      Rasional atau dasar pemikiran dan alasan usaha peningkatan CBSA dapat ditinjau kembali pada hakikat CBSA dan tujuan pendekatan itu sendiri. Dengan cara demikian pembelajar dapat diketahui potensi, tendensi dan terbentuknya pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dimilikinya. Pada dasarnya dapat diketahui bahwa baik pembelajar. materi pelajaran, cara penyajian atau disebut juga pendekatan-pendekatan berkembang. Jadi hampir semua komponen proses belajar mengajar mengalami perubahan. Perubahan ini mengarah ke segi-segi positif yang harus didukung oleh tindakan secara intelektual, oleh kemauan, kebiasaan belajar yang teratur, mempersenang diri pada waktu belajar hendaknya tercipta baik di sekolah maupun di rumah. Bukankah materi pelajaran itu banyak, bervariasi dan ini akan memotivasi pembelajar memiliki kebiasaan belalar. Dalam hubungannya dengan CBSA salah satu kompetensi yang dituntut ialah memiliki kemampuan profesional, mampu memiliki strategi dengan pendekatan yang tepat.
2)      Implikasi mental-intelektual-emosional yang semaksimal mungkin dalam kegiatan belajar mengajar akan mampu menimbulkan nilai yang berharga dan gairah belajar menjadi makin meningkat. Komunikasi dua arah (seperti halnya pada teori pusaran atau kumparan elektronik) menantang pembelajar berkomunikasi searah yang kurang bisa membantu meningkatkan konsentrasi. Sifat melit yang disebut juga ingin tahu (curionsity) pembelajar dimotivasi oleh aktivitas yang telah dilakukan. Pengalaman belajar akan memberi kesempatan untuk rnelakukan proses belajar berikutnya dan akan menimbulkan kreativitas sesuai dengan isi materi pelajaran.
3)      Upaya memperbanyak arah komunikasi dan menerapkan banyak metode, media secara bervariasi dapat berdampak positif. Cara seperti itu juga akan memberi peluang memperoleh balikan untuk menilai efektivitas pembelajar itu. Ini dimaksud balikan tidak ditunggu sampai ujian akhir tetapi dapat diperoleh pembelajar dengan segera. Dengan demikian kesalahan-kesalahan dan kekeliruan dapat segera diperbaiki. Jadi, CBSA memberi alasan untuk dilaksanakan penilaian secara efektif, secara terus-menerus melalui tes akhir tatap muka, tes formatif dan tes sumatif.
4)      Dilihat dari segi pemenuhan meningkatkan mutu pendidikan di LP’TK (Lembaga Pendidikan Tenaga Pendidik) maka strategi dengan pendekatan CBSA layak mendapat prioritas utama. Dengan wawasan pendidikan sebagai proses belajar mengajar menggarisbawahi betapa pentingnya proses belajar mengajar yang tanggung jawabnya diserahkan sepenuhnya kepada pembelajar. Dalam hal ini materi pembelajar harus benar-benar dibuat sesuai dengan kemampuan berpikir mandiri, pembentukan kemauan si pembelajar. Situasi pembelajar mampu menumbuhkan kemampuan dalam memecahkan masalah secara abstrak, dan juga mencari pemecahan secara praktik.
C.    HAKIKAT PENDEKATAN CBSA
Siswa pada hakekatnya memiliki potensi atau kemampuan yang belum terbentuk secara jelas, maka kewajiban gurulah untuk merangsang agar mereka mampu menampilkan potensi itu. Para guru dapat menumbuhkan keterampilan-keterampilan pada siswa sesuai dengan taraf perkembangannya, sehingga mereka memperoleh konsep. Dengan mengembangkan keterampilan-keterampilan memproses perolehan, siswa akan mampu menemukan dan mengembangkan sendiri fakta dan konsep serta mengembangkan sikap dan nilai yang dituntut. Proses belajar-mengajar seperti inilah yang dapat menciptakan siswa belajar aktif.
Hakekat dari CBSA adalah proses keterlibatan intelektual-emosional siswa dalam kegiatan belajar mengajar yang memungkinkan terjadinya:
  • Proses asimilasi/pengalaman kognitif, yaitu: yang memungkinkan terbentuknya pengetahuan.
  • Proses perbuatan/pengalaman langsung, yaitu: yang memungkinkan terbentuknya keterampilan.
  • Proses penghayatan dan internalisasi nilai, yaitu: yang memungkinkan terbentuknya nilai dan sikap. Walaupun demikian, hakekat CBSA tidak saja terletak pada tingkat keterlibatan intelektual-emosional, tetapi terutama juga terletak pada diri siswa yang memiliki potensi, tendensi atau kemungkinan kemungkinan yang menyebabkan siswa itu selalu aktif dan dinamis. Oleh sebab itu guru diharapkan mempunyai kemampuan profesional sehingga ia dapat menganalisis situasi instruksional kemudian mampu merencanakan sistem pengajaran yang efektif dan efisien.
Dalam menerapkan konsep CBSA, hakekat CBSA perlu dijabarkan menjadi bagian-bagian kecil yang dapat kita sebut sebagai prinsip-pninsip CBSA sebagai suatu tingkah laku konkret yang dapat diamati. Dengan demikian dapat kita lihat tingkah laku siswa yang muncul dalam suatu kegiatan belajar mengajar.
D.    PRINSIP-PRINSIP PENDEKATAN CBSA
Prinsip CBSA adalah tingkah laku belajar yang mendasarkan pada kegiatan-kegiatan yang nampak, yang menggambarkan tingkat keterlibatan siswa dalam proses belajar-mengajar baik intelektual-emosional maupun fisik, Prinsip-Prinsip CBSA yang nampak pada 4 dimensi sebagai berikut:
ü  Dimensi subjek didik :
·         Keberanian mewujudkan minat, keinginan, pendapat serta dorongan-dorongan yang ada pada siswa dalam proses belajar-mengajar. Keberanian tersebut terwujud karena memang direncanakan oleh guru, misalnya dengan format mengajar melalui diskusi kelompok, dimana siswa tanpa ragu-ragu mengeluarkani pendapat.
·         Keberanian untuk mencari kesempatan untuk berpartisipasi dalam persiapan maupun tindak lanjut dan suatu proses belajar-mengajar maupun tindak lanjut dan suatu proses belajar mengajar. Hal mi terwujud bila guru bersikap demokratis.
·         Kreatifitas siswa dalam menyelesaikan kegiatan belajar sehingga dapat mencapai suatu keberhasilan tertentu yang memang dirancang oleh guru.
·         Kreatifitas siswa dalam menyelesaikan kegiatan belajar sehingga dapat mencapai suatu keberhasilan tertentu, yang memang dirancang oleh guru.
·         Peranan bebas dalam mengerjakan sesuatu tanpa merasa ada tekanan dan siapapun termasuk guru.
ü  Dimensi Guru
·         Adanya usaha dan guru untuk mendorong siswa dalam meningkatka kegairahan serta partisipasi siswa secara aktif dalam proses belajar-mengajar.
·         Kemampuan guru dalam menjalankan peranannya sebagai inovator dan motivator.
·         Sikap demokratis yang ada pada guru dalam proses belajar-mengajar.
·         Pemberian kesempatan kepada siswa untuk belajar sesuai dengan cara serta tingkat kemampuan masing-masing.
·         Kemampuan untuk menggunakan berbagai jenis strategi belajar-mengajar serta penggunaan multi media. Kemampuan mi akan menimbulkan lingkuñgan belajar yang merangsang siswa untuk mencapai tujuan.
ü  Dimensi Program
·         Tujuan instruksional, konsep serta materi pelajaran yang memenuhi kebutuhan, minat serta kemampuan siswa; merupakan suatu hal yang sangat penting diperhatikan guru.
·         Program yang memungkinkan terjadinya pengembangan konsep maupun aktivitas siswa dalam proses belajar-mengajar.
·         Program yang fleksibel (luwes); disesuaikan dengan situasi dan kondisi.
ü  Dimensi situasi belajar-mengajar
·         Situasi belajar yang menjelmakan komunikasi yang baik, hangat, bersahabat, antara guru-siswa maupun antara siswa sendiri dalam proses belajar-mengajar.
·         Adanya suasana gembira dan bergairah pada siswa dalam proses belajar-mengajar.
E.     RAMBU-RAMBU PENDEKATAN CBSA
Yang dimaksud dengan rambu-rambu CBSA adalah perwujudan prinsip-prinsip CBSA yang dapat diukur dan rentangan yang paling rendah sampai pada rentangan yang paling tinggi, yang berguna untuk menentukan tingkat CBSA dan suatu proses belajar-mengajar. Rambu-rambu tersebut dapat dilihat dari beberapa dimensi. Rambu-rambu tersebut dapat digunakan sebagai ukuran untuk menentukan apakah suatu proses belajar-mengajar memiliki kadar CBSA yang tinggi atau rendah. Jadi bukan menentukan ada atau tidak adanya kadar CBSA dalam proses belajar-mengajar. Bagaimanapun lemahnya seorang guru, namun kadar CBSA itu pasti ada, walaupun rendah.
  1. Berdasarkan pengelompokan siswa
Strategi belajar-mengajar yang dipilih oleh guru harus disesuaikan dengan tujuan pengajaran serta materi tertentu. Ada materi yang sesuai untuk proses belajar secara individual, akan tetapi ada pula yang lebih tepat untuk proses belajar secara kelompok. Ditinjau dari segi waktu, keterampilan, alat atau media serta perhatian guru, pengajaran yang berorientasi pada kelompok kadang-kadang lebih efektif.
  1. Berdasarkan kecepatan Masing-Masing siswa
Pada saat-saat tertentu siswa dapat diberi kebebasan untuk memilih materi pelajaran dengan media pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan mereka masing-masing. Strategi ini memungkinkan siswa untuk belajar lebih cepat bagi mereka yang mampu, sedangkan bagi mereka yang kurang, akan belajar sesuai dengan batas kemampuannya. Contoh untuk strategi belajar-mengajar berdasarkan kecepatan siswa adalah pengajaran modul.
  1. Pengelompokan berdasarkan kemampuan
Pengelompokan yang homogin dan didasarkan pada kemampuan siswa. Bila pada pelaksanaan pengajaran untuk pencapaian tujuan tertentu, siswa harus dijadikan satu kelompok maka hal ini mudah dilaksanakan. Siswa akan mengembangkan potensinya secara optimal bila berada disekeliling teman yang hampir sama tingkat perkembangan intelektualnya.
  1. Pengelompokkan berdasarkan persamaan minat
Pada suatu guru perlu memberi kesempatan kepada siswa untuk berkelompok berdasarkan kesamaan minat. Pengelompokan ini biasanya terbentuk atas kesamaan minat dan berorientasi pada suatu tugas atau permasalahan yang akan dikerjakan.
  1. Berdasarkan domein-domein tujuan
Strategi belajar-mengajar berdasarkan domein/kawasan/ranah tujuan, dapat dikelompokkan sebagai berikut:
Menurut Benjamin S. Bloom CS, ada tiga domein ialah:
·         Domein kognitif, yang menitik beratkan aspek cipta.
·         Domein afektif, aspek sikap.
·         Dornein psikomotor, untuk aspek gerak.
Gagne mengklasifikasi lima macam kemampuan ialah:
1) Keterampilan intelektual.
2) Strategi kognitif.
3) Informasi verbal.
4) Keterampilan motorik.
5) Sikap dan nilai.
CBSA dapat diterapkan dalam setiap proses belajar mengajar. Kadar CBSA dalam setiap proses belajar mengajar dipengaruhi oleh penggunaan strategi belajar mengajar yang diperoleh. Dalam mengkaji ke-CBSA-an dan kebermaknaan kegiatan belajar mengajar, Ausubel mengemukakan dua dimensi, yaitu kebermaknaan bahan serta proses belajar mengajar dan modus kegiatan belajar mengajar. Ausubel mengecam pendapat yang menganggap bahwa kegiatan belajar mengajar dengan modus ekspositorik, misalnya dalam bentuk ceramah mesti kurang bermakna bagi siwa dan sebaliknya kegiatan belajar mengajar dengan modus discovery dianggap selalu bermakna secara optimal. Menurutnya kedua dimensi yang dikemukakan adalah independen, sehingga mungkin saja terjadi pengalaman belajar mengajar dengan modus ekspositorik sangat bermakna dan sebaliknya mungkin saja terjadi pengalaman belajar mengajar dengan modus discovery tetapi tanpa sepenuhnya dimengerti oleh siswa. Yang penting adalah terjadinya asimilasi kognitif pengalaman belajar itu sendiri oleh siswa.

SUMBER
Internet(http://nyongandikahendra.blogspot.com/2009/04/cara-belajar-siswa-aktif-cbsa.htm/diakses tanggal 07 Juni 2011 pukul 10.39 WIB)

STRATEGI PEMBELAJARAN


 
A.    HAKEKAT STRATEGI PEMBELAJARAN
Strategi diartikan sebagai a plan, method,or series of activities designed to achies a particular education goal (J. R. David, 1976). Sterategi pembelajaran merupakan rencana tindakan ( rangkaian kegiatan ) termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya/kekuatan dalam pembelajaran. Strategi disusun untuk mencapai tujuan tertentu. Artinya, arah dari semua keputusan penyusunan strategi adalah pencapaian tujuan.
Kemp (1995) menjelaskan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Strategi menunjuk pada sebuah perencanaan untuk mencapai pada sebuah perencanaan untuk mencapai sesuatu.
B.     STRATEGI EKSPOSITORI
  1. Konsep dan prinsip pengunaan strategi pembelajaran ekspositori
a)   Konsep strategi pembelajaran ekspositori
Strategi pembelajaran ekspositori adalah sterategi pembelajaran yang menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi pelajaran secara optimal.
Karakteristik pembelajaran ekspositori
·         Sterategi ini dilakukan dengan cara menyampaikan materi secara verbal, artinya bertutur secara lisan merupakan alat utama dalam melakukan strategi ini. Seperti ceramah.
·         Biasanya materi pelajaran yang disampaikan adalah materi pelajaran yang sudah jadi, seperti data atau fakta, konsep-konsep tertentu yang harus dihapal sehingga tidak menuntut siswa untuk berpikir ulang.
·         Tujuan utama pembelajaran adalah penguasaan materi pelajaran itu sendiri. Artinya, setelah proses pembelajaran berakhir siswa diharapkan dapat memahaminya dengan benar dengan cara dapat mengungkapkan kembali materi yanng telah diuraikan.
Strategi pembelajaran ekpositori akan efektif manakala:
·         Guru akan menyampaikan bahan-bahan baru serta kaitannya dengan yang akan dan harus dipelajari siswa (overview).
·         Apabila guru menginginkan agar siswa mempunyai gaya model intelektual tertentu.
·         Jika bahan pelajaran yang akan diajarkan cocok untuk dipresentasikan.
·         Jika ingin membangkitkan keingintahuan siswa tentang topik tertentu.
·         Guru menginginkan untuk mendemontrasikan suatu teknik atau prosedur tertentu untuk kegiatan praktik.
·         Apabila seluruh siswa memiliki tingkat kesulitan yang sama sehingga guru perlu menjelaskan untuk seluruh siswa.
·         Apabila guru akan mengajar pada sekelompok siswa yang rata-rata memiliki kemampuan rendah.
·         Jika lingkungan tidak mendukung untuk menggunakan strategi yang berpusat pada siswa.
·         Jika guru tidak memiliki waktu yang cukup untuk menggunakan pendekatan yang berpusat pada siswa.
b)     Prinsip-prinsip penggunaan strategi pembelajaran ekspositori
·         Berorientasi pada Tujuan
·         Prinsip komunikasi
·         Prisip kesiapan
·         Prinsip berkelanjutan
2.      Prosedur Pelaksanaan Strategi Ekspositori
1.      Rumuskan Tujuan Yang Ingin Dicapai
2.      Kuasai materi pelajaran dengan baik
3.      Kenali medan dan berbagai hal yang dapat memengaruhi proses penyimpanan.
            Ada beberapa langkah dalam penerapan strategi ekspositori, yaitu:
a.      Persiapan ( preparation )
Merupakan langkah yang sangat penting. Keberhasilan pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan sterategi ekspositori sangat tergantung pada langkah persiapan. Tujuan yang ingin dicapai dalam melakukan persiapan adalah:
·         Mengajak siswa keluar dari kondisi mental yang pasif.
·         Membangkitkan motivasi dan minat siswa untuk belajar.
·         Merangsang dan menggugah rasa ingin tahu siswa.
·         Menciptakan suasana dan iklim pembelajaran yang terbuka.
Beberapa hal yang harus dilakukan dalam langkah persiapan diantaranya adalah:
a)      Berikan sugesti yang positif dan hindari sugesti yang negatif.
b)      Mulailah dengan mengemukakan tujuan yang harus dicapai.
c)      Bukalah file dalam otak siswa.
b.      Penyajian ( presentation )
Langkah penyajian adalah langkah penyampaian materi pebelajaran sesuai dengan persiapan yang telah dilakukan. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanan langkah ini: a) penggunaan bahasa, b) intonasi suara, c) menjaga kontak mata dengan siswa, d) menggunakan joke-joke yang menyegarkan.
c.       Penyajian ( correlation )
langkah korelasi adalah menghubungkan materi pelajaran dengan pengalaman siswa atau dengan hal-hal lain yang memungkinkaan siswa dapat menangkap keterkaitannya  dalam struktur pengetahuan yang telah dimilikinya.
d.      Menyimpulkan ( generalization)
Menyimpulkan adalah tahapan untuk memahami inti (core) dari materi pelajaran yang telah disajikan. Langkah menyimpulkan merupakan langkah penting yang sangat penting dalam strategi ini, sebab melalui langkah menyimpulkan siswa akan dapat mengambil inti sari dari proses penyajian.
e.       Mengaplikasikan ( aplication )
Langkah aplikasi adalah langkah unjuk kemampuan siswa setelah mereka nenyimak penjelasan guru.
  1. Keunggulan Dan Kelemahan Strategi Ekspositori
a.      Keunggulan
·         Dengan strategi pembelajaran ekspositori guru bisa mengontrol urutan dan keluasan  materi pembelajaran, dengan demikian ia dapat mengetahui sampai sejauh mana siswa menguasai bahan pelajar yang disampaikan.
·         Strategi pembelajaran ekspositori dianggap sangat efektif apabila materi pelajaran yang harus dikuasai siswa cukup luas, sementara itu waktu yang dimiliki belajar terbatas.
·         Melalui strategi pembelajaran ekspositori selain siswa dapat mendengar melalui penuturan (kuliah) tentang suatu materi pelajaran, juga sekaligus siswa bisa melihat atau mengobservasi (melalui pelaksanaan demonstrasi).
·         Keuntungan lain adalah strategi pembelajaran ini bisa digunakan untuk jumlah siswa dan ukuran kelas yang besar.
b.      Kelemahan
·         Strategi pembelajaran ini hanya mungkin dapat dilakukan terhadap siswa yang memiliki kemampuan mendengar dan menyimak secara baik.
·         Strategi ini tidak mungkin dapat melayani perbedaan setiap individu baik perbedaan kemampuan, perbedaan pengtahuan, minat, dan bakat, serta perbedaan gaya belajar.
·         Karena strategi lebih banyak diberikan malalui ceramah, maka akan sulit mengembangkan kemampuan siswa dalam hal kemampuan sosialisasi, hubungan interpersonal, serta kemampuan berpikir kritis.
·         Keberhasilan strategi pembelajaran ekspositori sangat tergantung kepada apa yang dimiliki guru, seperti persiapan, pengetahuan, rasa percaya diri, semangat, antusiasme, motivasi, dan berbagai kemampuan seperti bertutur (berkomunukasi), dan kemampuan mengelola kelas.
·         Oleh karena gaya komunikasi strategi pembelajaran lebih banyak terjadi satu arah (one-way communication), maka kesempatan untuk mengontrol pemahaman siswa akan materi pembelajaran akan sangat terbatas pula.
C.    STRATEGI INQUIRY
1.      Konsep dasar SPI
Strategi pembelajaran inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan.
Ada beberapa hal yang menjadi ciri utama strategi pembelajaran inkuiri yaitu:
1.      Strategi inkuiri menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan, artinya strategi inkuiri menempatkan siswa sebagai subjek belajar.
2.      Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri (self beiuef).
3.      Tujuan dari penggunaan strategi pembelajaran inkuiri adalah mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis, dan kritis, atau pengembangan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental.
Strategi pembelajaran inkuiri akan efektif manakala:
Guru mengharapkan siswa dapat menemukan sendiri jawaban dari suatu permasalahan yang ingin dipecahkan. Dengan demikian dalam strategi inkuiri penguasaan materi pelajaran bukan sebagai tujuan utama pembelajaran.
2.      Prinsip-prinsip penggunaan SPI
1.      Berorientasi pada pengembangan Intelektual
2.      Prisip interaksi
3.      Prinsip bertanya
4.      Prinsip keterbukaan
3.      Langkah pelaksanaan SPI
1.      Orientasi
Adalah langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang responsif. pada langkah ini guru mengondisikan agar siswa siap melaksanakan proses pembelajaran. Keberhasilan SPI sangat tergantung pada kemauan siswa untuk beraktivitas menggunakan kemampuannya dalam mecahkan masalah, tanpa kemauan dan kemampuan itu tak mungkin proses pembelajaran akan berjalan dengan lancar.
2.      Merumuskan masalah
Merupakan langkah membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam merumuskan masalah, diantaranya:
·         Masalah hendaknya dirumuskan sendiri oleh siswa.
·         Masalah yang dikaji adalah masalah yang mengandung teka-teki yang jawabannya pasti.
·         Konsep-konsep dalam masalah adalah konsep-konsep yang sudah diketahui terlebih dahulu oleh siswa.
3.      Merumuskan Hipotesis
Hepotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang dikaji.
4.      Mengumpulkan data
Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat penting dalam pengembangan intelektual.
5.      Menguji hepotesis
Menguji hepotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Yang terpenting dalam menguji hipotesis adalah mencari tingkat keyakinan siswa atas jawaban yang diberikan.
6.      Merumuskan kesimpulan
Merumuskan kesimpulan adalah proses mendesripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil penguji hipotesis. Merumuskan kesimpulan merupakan gong-nya dalam proses pembelajaran.
  1. Strategi Pembelajaran Inkuiri Sosial
Menurut Bruce Joyce, inkuiri sosial merupakan strategi pembelajaran dari kelompok soaial (social family) subkelompok konsep masyarakat (concept society). Inkuiri sosial dipandang sebagai suatu strategi pembelajaran yang berorientasi kepada pengalaman siswa.
Tiga karakteristik pengembangan strategi inkuiri sosial yaitu:
1)      Adanya aspek masalah sosial dalam kelas yang dianggap penting dan dapat mendorong terciptanya diskusi kelas.
2)      Adanya rumusan hipotesis sebagai fokus untuk inkuiri.
3)      Penggunaan fakta sebagai pengujian hipotesis.
  1. Kesulitan-kesulitan implementasi SPI
1)      SPI merupakan strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses berpikir yang bersandaran kepada dua sayap yang sama penting, yaitu proses belajar dan hasil belajar.
2)      Sejak lama tertanam dalam budaya belajar siswa bahwa belajar pada dasarnya menerima materi pelajaran dari guru, dengan demikian bagi mereka guru adalah sumber belajar yang utama. Karena budaya ini sudah terbentuk dan menjadi kebiasaan, maka akan sulit mengubah pola belajar mereka dengan menjadikan belajar sebagai proses berpikir.
3)      Sistem pendidikan menganjurkan bahwa proses pembelajaran sebaiknya menggunakan pola pembelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir melalui pendekatan CBSA, namun di lain pihak sistem evaluasi masih menggunakan sistem UAN. Tentu saja hal ini akan menambah kebingungan guru sebagai pelaksana di lapangan.
  1. Keunggulan dan Kelemahan SPI
a)      Keunggulan
·         SPI merupakan strategi pembelajaran yang menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang, sehingga pembelajaran melalui strategi ini dianggap lebih bermakna.
·         Dapat memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka.
·         Strategi ini dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan diatas rata-rata.
·         Strategi yang dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi belajar modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman.
b)      Kelemahan
·         Jika SPI digunakan sebagai strategi pembelajaran, maka akan sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa.
·         Strategi ini sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbentuk dengan kebiasaan siswa dalam belajar.
·         Kadang-kadang dalam mengimplementasikannya, memerlukan waktu yang panjang sehingga sering guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan.
·         Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa menguasai materi pebelajaran, maka SPI akan sulit diimplementasikan oleh setiap guru.
D.    STRATEGI PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING LEARNING (CTL)
  1. Konsep dasar strategi CTL
CTL adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkan dalam kehidupan mereka.
Hal yang harus dipahami yaitu:
1)      CTL menekankan kepada proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi, artinya proses belajar diorientasikan pada proses pengalaman secara langsung.
2)      CTL mendorong agar siswa dapat menemukan hubungan antara materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata, artinya siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar disekolah dengan kehidupan nyata.
3)      CTL mendorog siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan, artinya CTL bukan hanya mengharapkan siswa dapat memahami yang dipelajari, akan tetapi bagaimana materi pelajaran itu dapat mewarnai perilakunya dalam kehidupan sehari-hari.
karakteristik dalam proses pembelajaran CTL yaitu:
·         Pembelajaran merupakan proses pengaktifan pengetahuan yang sudah ada.
·         Pembelajaran yang konteksual.
·         Pemahaman pengetahuan.
·         Mempraktikkan pengetahuan dan pengalaman tersebut.
·         Melakukan refleksi terhadap strategi pengembangan pengetahuan.
  1. Perbedaan CTL dengan pembelajaran konvensional
Pembelajaran CTL
Pembelajaran konvensional
1.      Siswa berperan aktif dalam setiap proses pelajaran dengan cara menemukan dan menggali sendiri.
1.      Siswa ditempatkan sebagai objek belajar yang berperan sebagai penerima informasi secara pasif.
2.      Siswa belajar melalui kegiatan kelompok.
3.       
2.      Siswa lebih banyak belajar secara individual dengan menerima, mencatat, dan menghafal materi pelajaran.
4.      Pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata.
3.      Pembelajaran bersifat teoritis dan abstrak.
5.      Kemampuan didasarkan atas pengalaman.
4.      Kemampuan diperoleh melalui latihan-latihan.
6.      Tujuan akhir dari adalah kepuasan diri.
5.      Tujuan akhir adalah nilai atau angka.
7.      Tindakan atau perilaku dibangun atas kesadaran diri sendiri.
6.      Tindakan atau perilaku didasarkan oleh faktor dari luar dirinya.
8.      Pengetahuan yang dimiliki setiap individu selalu berkembang sesuai dengan pengalaman yang dialami.
7.      Kebenaran dimiliki bersifat absolut dan final.
8.       
Siswa bertanggung jawab dalam memonitor dan mengembangkan pembelajaran mereka masing-masing.
Guru adalah penentu jalannya proses pembelajaran.
Pembelajaran bisa terjadi di mana saja dalam konteks dan setting yang berbeda sesuai dengan kebutuhan.
Pembelajaran hanya terjadi di dalam kelas.

Keberhasilan pembelajaran diukur dengan cara, misalnya dengan evaluasi proses, hasil karya siswa, penampilan, rekaman, observasi, wawancara, dan lain-lain.
Keberhasilan pembelajaran biasanya hanya diukur dari tes.

  1. Asas-asas CTL
a)      Konstruktivisme
Proses membangun atau menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman. Pembelajaran melalui CTL pada dasarnya mendorong agar siswa bisa mengkonstruksi pengetahuannya melalui proses pengamatan atau pengalaman.
b)      Inkuiri
Proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis. Penerapan asas ini dalam proses CTL, dimulai dari adanya kesadaran siswa akan masalah yang jelas yang ingin dipecahkan.
c)      Bertanya ( Questioning)
Belajar pada hakikatnya adalah bertanya dan menjawab pertanyaan. Bertanya dapat dipandang sebagai refleksi dan keingintahuan setiap individu, sedangkan menjawab pertanyaan mencerminkan kemampuan seseorang dalam berpikir.
d)      Masyarakat Belajar ( learning community )
Dalam konsep masyarakat belajar dalam CTL menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh melalui kerja sama dengan orang lain. Penerapan asas ini dilakukan dengan menerapkan pembelajaran melalui kelompok belajar.
e)      Pemodalan ( Modeling )
Adalah proses pembelajaran dengan memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh setiap siswa. Modeling merupakan asas yang cukup penting dalam pembelajaran CTL, sebab melalui modeling siswa dapat terhindar dari pembelajaran yang teoritis-abstrak yang dapat memungkinkan terjadinya verbalisme.
f)       Refleksi (Reflection)
Adalah proses pengendapan pengalaman yang telah dipelajari yang dilakukan dengan cara mengurutkan kembali kejadian-kejadian atau peristiwa pembelajaran yang telah dilaluinya. Dalam proses pembelajaran CTL, setiap berakhir proses pembelajaran, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk “ merenung” atau mengingat kembali apa yang telah dipelajarinya.
g)      Penilaian Nyata (Authentic Assessment)
Adalah proses yang dilakukan guru untuk mengumpulkan informasi tentang perkembangan belajar yang dilakukan siswa. Penilaian ini diperlukan untuk mengetahui apakah siswa benar-benar belajar atau tidak.
  1. Pola dan Tahapan Pembelajaran CTL
a.       Pendahuluan
·         Guru menjelaskan kompetensi yang harus dicapai serta manfaat dari proses pembelajaran dan pentingnya materi pelajaran yang akan dipelajari.
·         Guru menjelaskan prosedur pembelajaran CTL
b.      Inti
·         Dilapangan
·         Di dalam kelas
·         Penutup
E.     METODE CERAMAH
Metode ceramah dapat diartikan sebagai cara menyakinkan pelajaran melalui penuturan secara lisan atau penjelasan langsung kepada sekelompok siswa. Metode ceramah merupakan metode yang sampai saat ini sering digunakan oleh setiap guru atau instruktur.
  1. Kelebihan dan kelemahan metode Ceramah
a.       Kelebihan
·         Ceramah merupakan metode yang “murah” dan “mudah” untuk dilakukan.
·         Ceramah  dapat menyajikan materi pelajaran yang luas.
·         Ceramah dapat memberikan pokok-pokok materi yang perlu ditonjolkan.
·         Melalui ceramah, guru dapat mengontrol keadaan kelas.
·         Organisasi kelas dengan menggunakan dapat diatur menjadi lebih sederhana.
b.      Kelemahan
·         Materi yang dapat dikuasai siswa sebagai hasil dari ceramah akan terbatas pada apa yang dikuasai guru.
·         Ceramah yang tidak disertai dengan peragaan dapat mengakibatkan terjadinya verbalisme.
·         Guru yang kurang memiliki kemampuan bertutur yanng baik, ceramah sering dianggap sebagai metode yang membosankan.
·         Melalui ceramah, sangat sulit untuk mengetahui apakah seluruh siswa sudah mengerti apa yang dijelaskan atau belum.
  1. Langkah-langkah menggunakan metode ceramah
a.       Tahap Persiapan
·         Merumuskan tujuan yang ingin dicapai.
·         Menentukan pakok-pokok materi yang akan diceramahkan.
·         Mempersiapkan alat bantu.
b.      Tahap Pelaksanaan
·         Langkah pembukaan
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam langkah ini :
1.      Yakinkan bahwa siswa memahami tujuan yang akan dicapai.
2.      Lakukan langkah apersepsi, yaitu langkah menghubungkan materi pelajaran yang lalu dengan materi pelajaran yang akan disampaikan.
·         Langkah penyajian Adalah tahap penyampaian materi pembelajaran dengan cara bertutur.
·         Langkah mengakhiri atau menutup ceramah.
F.     METODE DISKUSI
Metode diskusi adalah metode pembelajaran yang menghadapkan siswa pada suatu permasalahan. Tujuan utama metode ini adalah untuk memecahkan suatu permasalahan, menjawab pertanyaan, menambah dan memahami pengetahuan siswa, serta untuk membuat suatu keputusan (killen, 1998).
Secara umum ada dua jenis diskusi yang biasa dilakukan dalam proses pembelajaran. Pertama, diskusi kelompok (diskusi kelas). Diskusi ini dinamakan juga diskusi kelas. Kedua, diskusi kelompok kecil. Pada diskusi ini siswa dibagi dalam beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 3-7 orang.
  1. Kelebihan dan kelemahan metode diskusi
a.       kelebihan diskusi yaitu:
·         metode diskusi dapat merangsang siswa untuk lebih kreatif khususnya dalam memberikan gagasan dan ide-ide.
·         Dapat melatih untuk membiasakan diri bertukar pikiran dalam mengatasi setiap permasalahan.
·         Dapat melatih siswa untuk dapat mengemukakan pendapat atau gagasan secara verbal.
b.      Kekurangan diskusi yaitu:
·         Sering terjadi pembicaraan dalam diskusi dikuasai oleh 2 atau 3 orang siswa yang memiliki keterampilan berbicara.
·         Kadang-kadang pembahasan dalam diskusi meluas, sehingga kesimpulan menjadi kabur.
·         Memerlukan waktu yang cukup panjang, yang kadang-kadang tidak sesuai dengan yang direncanakan.
·         Dalam diskusi sering terjadi perbedaan pendapat yang bersifat emosional yang tidak terkontrol.
  1. Jenis-jenis diskusi
a.       Diskusi kelas/diskusi kelompok
Adalah proses pemecahan masalah yang dilakukan oleh seluruh anggota kelas sebagai peserta diskusi. prosedur yang digunakan dalam jenis diskusi ini adalah: pertama, guru membagi tugas sebagai pelaksanaan diskusi. kedua, sumber masalah memaparkan masalah yang harus dipecahkan selama 10-15 menit. ketiga, siswa diberi kesempatan untuk menanggapi permasalahan setelah mendaftar pada moderator. keempat, moderator menyimpulkan hasil diskusi.
b.      Diskusi kelompok kecil
Diskusi ini dilakukan dengan membagi siswa dalam kelompok-kelompok. Jumlah anggota kelompok antara 3-5 orang.
c.       Simposium
Adalah metode mengajar dengan membahas suatu persoalan  dipandang  dari berbagai susut pandang berdasarkan keahlian. Simposium dilakukan untuk memberikan  wawasan yang luas kepada siswa.
d.      Diskusi panel
Adalah pembahasan suatu masalah yang dilakukan oleh beberapa orang panelis yang biasanya terdiri dari 4-5 orang di hadapan audiens. Diskusi panel berbeda dengan jenis diskusi lainnya. Dalam diskusi panel audiens tidak terlibat secara langssung tetapi berperan hanya sekedar peninjau para panelis yang sedang melaksanakan diskusi.
  1. Langkah-langkah melaksanakan diskusi
a.       Langkah persiapan
Hal-hal yang perhatikan dalam persiapan antaranya:
·         Merumuskan tujuan yang ingin dicapai, baik tujuan yang bersifat umum maupun tujuan khusus.
·         Menentukan jenis diskusi yang dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
·         Menetapkan masalah yang akan dibahas.
·         Mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan teknis pelaksanaan diskusi.
b.      Pelaksanaan diskusi
Hal-hal yang perlu diperhatikan yaitu:
·         Memeriksa segala persiapan yang dianggap dapat mempengaruhi kelancaran diskusi.
·         Memberikan pengarahan sebelum dilaksanakan diskusi.
·         Melaksanakan diskusi sesuai dengan aturan main yang telah ditetapkan.
·         Memberikan kesempatan yang sama kepada setiap peserta diskusi untuk mengeluarkan gagasan-gagasan dan ide-idenya.
·         Mengendalikan pembicaraan kepada pokok persoalan yang sedang dibahas.
c.       Menutup diskusi
·         Membuat pokok-pokok pembahasan sebagai kesumpulan sesuai dengan hasil diskusi.
·         Mereview jalannya diskusi dengan meminta pendapat dari seluruh peserta sebagai umpan balik untuk perbaikan selanjutnya.
G.    METODE TANYA JAWAB
Dalam menggunakan metode mengajar, tidak hanya guru saja yang senantiasa berbicara seperti halnya dengan metode ceramah, melainkan mencakup pertanyaan-pertanyaan dan penyumbangan ide-ide dari pihak siswa. Cara pengajaran yang seperti ini dapat dibedakan dalam dua jenis ialah:
  • Metode tanya jawab, dan 
  • Metode diskusi.
Perbedaan pokok diantara metode tanya jawab dengan metode diskusi terletak pada :
  • Corak pertanyaan yang diajukan guru.
  • Sifat pengambilan bagian yang diharapkan dari pihak siswa. 
Pada hakekatnya metode tanya jawab berusaha menanyakan apakah siswa telah mengetahui fakta-fakta tertentu yang sudah diajarkan, dalam hal lain guru juga bermaksud ingin mengetahui tingkat-tingkat proses pemikiran siswa. Melalui metode tanya jawab guru ingin mencari jawaban yang tepat dan aktual.
Sebaliknya dengan metode diskusi, guru mengemukakan pertanyaan-pertanyaan yang agak berbeda sifatnya. Di sini guru merangsang siswa untuk menggunakan fakta-fakta yang telah dipelajari untuk memecahkan suatu persoalan. Pertanyaan seperti ini biasanya tidak mempunyai jawaban yang tepat dan tunggal, melainkan lebih dari sebuah jawaban.
Dari penjelasan tersebut kita ketahui bahwa metode tanya jawab mempunyai hubungan dengan metode apakah yang sedang dipakai guru metode ini sering sukar dibedakan, tujuan dan teknik masing-masing cukup mempunyai perbedaan yang besar sehingga dalam uraian ini seyogianya dibedakan.
Metode tanya jawab digunakan dengan maksud :
  • Melanjutkan ( meninjau ) pelajaran yang lalu.
  • Menyelingi pembicaraan untuk mendapatkan kerjasama siswa.
  • Memimpin pengamatan dan pemikiran siswa. 
Kelebihan dan kelemahan metode tanya jawab :
a.       Kelebihan :
·         Kelas lebih aktif karena siswa tidak sekedar mendengarkan saja.
·         Memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya sehingga guru mengetahui hal - hal yang belum dimengerti oleh para siswa.
·         Guru dapat mengetahui sampai di mana penangkapan siswa terhadap segala sesuatu yang diterangkan.
b.      Kelemahannya :
·         Dengan tanya jawab kadang-kadang pembicaraan menyimpang dari pokok persoalan bila dalakm mengajukan pertanyaan, siswa menyinggung hal-hal lain walaupun masih ada hubungannya dengan pokok yang dibicarakan. Dalam hal ini sering tidak terkendalikan sehingga membuat persoalan baru.
·         Membutuhkan waktu lebih banyak.

H.    INDEPENDENT STUDY (BELAJAR JARAK JAUH)
Pendidikan jarak jauh (PJJ) berkembang sudah lama. Banyak definisi yang digunakan untuk PJJ. JW.keegan melakukan penelitian mengenai praktek penyelenggaraan dan definisi PJJ yang digunakan di berbagai Negara di dunia. Dia melakukan analisis dan menelaah di berbagai definisi yang hampir sama, mulai dari definisi Doamen (1967), Meckenzie, Christense; dart Rigby (1968); Undang-Undang Pendidikan Perancis (1971); Peters (1973), Holmberg (1977) dan membuat sintese mengenai definisi-definisi tersebut. Menurut dia ada lima unsur dasar pengertian (five defining elements) Pendidikan Jarak Jauh yang dapat diketengahkan, yaitu:
  • Terpisahnya guru dan siswa. Karakteristik inilah yang membedakan PJJ dari pendidikan konvensional.
  • Adanya lembaga yang mengelola PJJ. Hal ini yang membedakan orang yang mengikuti PJJ dari orang yang belajar sendiri (self study).
  • Digunakannya media (biasanya media tercetak) sebagai sarana untuk menyajikan isi pelajaran.
  • Diselenggarakannya sistem komunikasi dua arah antara guru dan siswa atau antara lembaga dan siswa sehingga siswa mendapatkan manfaat darinya. Dalam hal ini siswa dapat berinisiatif untuk terjadinya komunikasi itu.
  • Pada dasarnya PJJ itu bersifat pendidikan individual. Pertemuan tatap muka untuk melengkapi proses pembelajaran berkelompok maupun untuk sosialisasi dapat bersifat keharusan (compulsory), pilihan (optional), ataupun tidak ada sama sekali tergantung kepada organisasi penyelenggaranya.
Definisi tersebut berlaku bagi berbagai sistem atau model PJJ yang menggunakan nama yang berbeda-beda seperti Correspondence School, Distance Learning, Home Study, Independent Learning, dan masih banyak lagi istilah lain. Definisi itu bahkan juga masih berlaku bila diterapkan pada sistem PJJ baru yang sekarang sedang banyak diminati orang yaitu, On-line Learning, Virtual Learning atau e-Learning.
1.      JARAK TRANSAKSI DAN  CARA MENJEMBATANINYA
Menurut Moore (1983) jarak antara siswa dan guru dalam pendidikan jarak jauh hanya dipandang dari segi jarak fisik dan geografis saja melainkan harus dilihat sebagai jarak komunikasi dan psikologis yang disebabkan karena keterpisahan siswa dan guru. Dewey dalam Moore (1903) menjelaskan bahwa transaksi pendidikan merupakan interaksi antara individu; lingkungan dan prilaku yang terjadi dalam situasi tertentu. Transaksi pendidikan dalam sistem PJJ terjadi antara siswa dan guru dalam situasi yang bersifat khusus yaitu keterpisahan mereka satu dari lainnya. Jarak transaksi dalam sistem pendidikan jarak jauh merupakan jarak komunikasi dan jarak psikologis antara siswa dan guru. Jarak transaksi ini dapat mengakibatkan perbedaan persepsi mengenai konsep yang dijelaskan oleh guru melalui media dan pemahaman siswa mengenai konsep itu. Oleh karena itu jarak itu perlu dijembatani supaya perbedaan persepsi itu berkurang atau hilang. Menurut Moore (1983, 1996) jarak transaksi itu dapat dijembatani melalui komunikasi dan percakapan (dialouge). Dialog atau komunikasi pembelajaran dapat mengurangi jarak transaksinya. Artinya makin mudah dan makin sering guru dan siswa berinteraksi makin kecil kemungkinan terjadinya kesalahpahaman dalam menafsirkan isi pelajaran. Jadi dalam sistem PJJ ini adanya interaksi aktif antara siswa dan guru itu sangat penting supaya proses belajarnya dapat terjadi.
Moore (1983, 1996) juga mengatakan bahwa media yang digunakan untuk menyajikan isi pelajaran itu sangat mempengaruhi ada tidaknya komunikasi, dialog, atau interaksi antara guru dan siswa. Kalau media yang digunakan adalah TV, radio, atau buku kesempatan siswa untuk berkomunikasi, berdialog, atau berinteraksi dengan guru sangat kecil, kalau media yang digunakan adalah audio confrence, video conference atau internet kesempatan bagi siswa untuk berkomunikasi, berdialog, atau berinteraksi dengan guru secara relatif jauh lebih besar.
2.      USAHA YANG TELAH DILAKUKAN
Sampai saat ini pembelajaran yang masih banyak digunakan dalam sistem pendidikan jarak jauh terutama adalah media cetak berupa bahan belajar mandiri yang biasa disebut modul. Media ini seringkali ditunjang dengan media radio, TV, kaset audio, dan kaset video.
3.      LAYANAN BANTUAN BELAJAR MELALUI TUTORIAL
·         Tuorial tatap muka
Siswa dan guru atau tutor bertemu secara berkala untuk memberikan kesempatan kepada siswa menanyakan kesulitan yang dihadapi siswa. Tutorial seperti ini sangat bagus untuk mengurangi jarak transaksi antara guru dan siswa. Dengan demikian kesalahpahaman dalam menafsirkan isi palajaran dapat diperkecil. Kekurangan yang ada dalam tutorial model ini: Tutorial tidak dapat dilakukan terlalu sering. Makin sering dilakukan makin mahal biayanya. Biasanya tutorial ini diadakan seminggu sekali, sebulan sekali, atau bahkan ada yang hanya diselenggarakan dua atau tiga kali dalam satu semester. Hal ini menyebabkan siswa harus menunggu lama sebelum mereka dapat mengutarakan kesulitannya kepada guru atau tutor. Tutorial seperti ini biasanya bukan merupakan keharusan. Akibatnya banyak siswa yang memilih tidak hadir karena pertimbangan-pertimbangan yang bersifat individual. Banyaknya yang tidak hadir karena alasan waktu, biaya transpor, atau alasan lain.
·         Tutorial melalui telepon dan surat. Tutorial jenis ini tidak banyak dimanfaatkan siswa, pada hal biayanya relatif murah dan mudah melakukannya. Kendalanya mungkin tidak semua siswa mempunyai telepon, atau sungkan untuk menanyakan pelajaran kepada guru melalui telepon atau surat. Rasa sungkan ini mungkin dipengaruhi oleh faktor kebudayaan. Di samping itu tutorial melalui surat jawabannya seringkali datangnya sangat lambat.
·         Tutorial melalui konferensi audio atau video Tutorial ini jarang digunakan karena biaya relatif mahal.
4.      SISTEM PEMBELAJARAN MELALUI INTERNET
Dalam sistem pembelajaran melalui internet isi pelajaran disampaikan secara on-line. Karena itu sistem pembelajaran ini seringkali disebut pembelajaran secara on-line. Dalam sistem pembelajaran ini semua proses pembelajaran dapat dilakukan tanpa menuntut siswa hadir di ruang kelas tertentu, tetapi mereka dapat berinteraksi satu sama lain untuk mendiskusikan pelajaran seperti yang terjadi di kelas biasa. Karena dalam sistem pembelajaran ini tidak ada ruang kelas atau kampus secara fisik maka sistem ini seringkali disebut virtual learning, virtual classroom, atau virtual campus (Potter, 1997). Selain dari pada itu, karena proses pembelajaran, dalam menggunakan internet, maka sistem ini juga sering disebut e-learning.
Virtual learning ini banyak diminati orang karena potensi yang dimilikinya untuk membuat proses belajar menjadi efektif. Potensi yang utama adalah dapat memberikan peluang bagi siswa untuk berinteraksi dengan guru, dengan teman, maupun dengan bahan belajarnya.
·         Siswa dapat berkomunikasi dengan gurunya melalui e-mail. Komunikasi ini bersifat orang perorangan. Siswa dapat mengajukan pertanyaan kapan saja dia mau. Guru akan menjawab secepat mungkin sesuai dengan waktu yang dimilikinya. Cara berkomunikasi seperti ini jauh lebih cepat dari pada komunikasi yang dilakukan melalui pertemuan tatap muka.
·         Siswa dapat berkomunikasi dengan guru dan teman-temannya secara bersama-sama melalui papan bulletin. Dalam forum ini pertanyaan yang mengambil pelajaran yang sama. Jawaban guru juga dapat dibaca oleh siswa lain yang tidak mengajukan pertanyaan. Dalam proses ini guru juga dapat melontarkan pertanyaan tadi kepada siswa yang lain. Siswa yang lain dapat memberikan jawaban yang akan dibaca oleh seluruh anggota kelas. Dengan demikian sesuatu persoalan dapat dipecahkan bersama antara guru dan semua siswa di dalam ”kelas virtual-nya”. Komunikasi antara siswa dan guru atau antara siswa dengan siswa lain itu dapat dilakukan secara tidak bersamaan waktu (a-synchronous) maupun secara bersamaan waktu (synchronous).
·         Komunikasi antara siswa dengan isi pelajaran. Siswa akan terbiasa untuk mempelajari sendiri bahan ajar yang disajikan secara on-line. Karena bahan belajar on-line itu biasanya disertai dengan tes mandiri, siswa akan dapat menguji kemajuan belajar dirinya sendiri.
·         Guru dapat mengontrol aktivitas belajar siswa melalui internet. Guru akan dapat melihat kapan siswa belajar, topik apakah yang dipelajari, berapa lama ia mempelajarinya, berapa kalikah ia mempelajari ulang topik itu. Guru juga dapat melihat apakah siswa mengerjakan latihan soal dapat dikerjakan dengan betul, Berapa sekornya dan sebagainya.
Virtual learning dapat menyajikan pelajaran dengan cara yang menarik. Merrill dalam reigeluth (1983) mengemukakan bahwa dalam mengajar ada empat langkah utama yang dilakukan guru yaitu: pemberian penjelasan, pemberian contoh, pemberian latihan (exercise), dan pemberian umpan balik atau feedback yang berfungsi sebagai reinforcement.
Keempat langkah ini dapat diterapkan dengan mudah dalam penyajian pelajaran melalui internet. dalam memberikan penjelasan dan contoh, internet dapat menggunakan gambar, diagram, chart, suara, dan juga gerakan. Kalau dalam memberikan penjelasan digunakan, kata, istilah, atau konsep yang umum dikenal oleh siswa, siswa dapat mengklik kata, istilah, atau konsep itu dan akan muncul paparan yang dengan mudah dapat dipelajari siswa. Setelah mempelajari paparan itu siswa akan dengan mudah kembali ke pelajaran semula. Dengan cara ini interaksi antara siswa dan bahan belajar dapat berlangsung secara aktif.   
Porter (1997) menyarankan, kalau kita akan menciptakan kelas virtual kita harus mempertimbangkan berbagai hal supaya kelas virtual tersebut dapat menjadi wahana proses belajar yang efektif.
·         Kelas virtual tersebut dilengkapi dengan sumber belajar yang pada saat diperlukan siswa telah tersedia dan mudah diakses.
·         Kelas virtual tersebut harus dapat memberikan harapan kepada siswa untuk terjadinya proses belajar dan menciptakan lingkungan yang kondusif untuk belajar.
·         Kelas tersebut harus dapat menyatukan siswa dan guru supaya mereka bersikap terbuka untuk berbagi informasi dan bertukar gagasan.
·         Kelas virtual harus menyediakan ruang untuk percobaan dan penerapan.
·         Kelas virtual juga harus dapat memberikan penilaian terhadap kinerja siswa.
·         Kelas virtual harus dapat menjadi wahana kebebasan akademik.
Ada beberapa kelemahan yang perlu dikemukakan dalam penggunaan internet ini.
·         Penggunaan internet memerlukan infrastruktur yang memadai
Internet dapat dioperasikan kalau ada jaringan listrik dan ada jaringan telepon.
·         Menggunakan internet mahal.
·         Komunikasi melalui internet sering kali lamban.
I.       METODE DEMONSTRASI
Metode demontrasi adalah metode penyajian pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukkan kepada siswa tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu, baik sebenarnya atau hanya sekedar tiruan.
  1. Kelebihan dan kekurangan metode demonstrasi
a.       Kelebihan
·         Melalui metode ini terjadinya verbalisme akan dapat dihindari, sebab siswa disuruh langsung memerhatikan bahan pelajaran yang dijelaskan.
·         Proses pembelajaran akan lebih menarik, sebab siswa tak hanya mendengar, tetapi juga melihat peristiwa yang terjadi.
·         Dengan cara mengamati secara langsung siswa akan memiliki kesempatan untuk membandingkan antara teori dan kenyataan.
b.      Kelemahan
·         Metode ini memerlukakan persiapan yang lebih matang, sebab tanpa persiapan yang memadai demontrasi bisa gagal sehingga dapat menyebabkan metode ini tidak efektif lagi.
·         Demontrasi memerlukan peralatan, bahan-bahan, dan tempat yang memadai yang berarti penggunaan metode ini memerlukan pembiayaan yang lebih mahal dibandingkan dengan metode ceramah.
·         Demontrasi memerlukan kemampuan dan keterampilan guru yang khusus, sehingga guru dituntut untuk bekerja lebih profesional.
  1. Langkah-langkah menggunakan metode demonstrasi
a.       Tahap persiapan
·         Rumuskan tujuan yang harus dicapai oleh siswa setelah proses demontrasi berakhir.
·         Persiapan garis besar langkah-langkah demontrasi yang akan dilakukan.
·         Lakukan uji coba demontrasi.
b.      Tahap pelaksanaan
1.      Langkah pembukaan
·         Aturlah tempat duduk.
·         Kemukakan tujuan apa yang harus dicapai oleh siswa.
·         Kemukakan tugas-tugas apa yang harus dilakukan oleh siswa.
2.      Langkah pelaksanaan demonstrasi
·         Mulailah demontrasi dengan kegiatan-kegiatan yang merangsang siswa untuk berpikir.
·         Ciptakan suasana yang menyejukkan dengan menghindari suasana yang menegangkan.
·         Yakinkan bahwa semua siswa mengikuti jalannya demontrasi dengan memerhatikan reaksi seluruh siswa.
·         Berikan kesempatan kepada siswa untuk secara aktif memikirkan lebih lanjut sesuai dengan apa yang dilihat dari proses demontrasi itu.
c.       Langkah mengakhiri demonstrasi. Memberikan tugas-tugas tertentu yang ada kaitannya dengan pelaksanakan demonstrasi dan proses pencapaian tujuan pembelajaran.
J.      DRILLING ( METODE LATIHAN)
Metode latihan pada umumnya digunakan untuk memperoleh suatu ketangkasan atau keterampilan dari apa yang telah dipelajari. Mengingat latihan ini kurang mengembangkan bakat/inisiatif siswa untuk berpikir, maka hendak­nya guru/pengajar memperhatikan tingkat kewajaran dari metode Drill.
1.      Latihan, wajar digunakan untuk hal-hal yang bersifat motorik, seperti menulis, permainan, pembuatan, dan lain-lain.
2.      Untuk melatih kecakapan mental, misalnya perhitungan penggunaan rumus-rumus, dan lain-lain.
3.      Untuk melatih hubungan, tanggapan, seperti penggunaan bahasa, grafik, simbol peta, dan lain-lain.
Prinsip dan petunjuk menggunakan metode Drill.
·         Siswa harus diberi pengertian yang mendalam sebelum diadakan latihan tertentu.
·         Latihan untuk pertama kalinya hendaknya bersifat diagnosis, mula-mula kurang berhasil, lalu diadakan perbaikan untuk kemudian bisa lebih sem­purna.
·         Latihan tidak perlu lama asal sering dilaksanakan.
·         Harus disesuaikan dengan taraf kemampuan siswa.